INTEGRASI ILMU-ILMU ISLAM
Dalam KBBI,
integrasi memiliki arti pembaruan hingga menjadi kesatuan yang utuh. Jadi
integarasi ilmu adalah suatu pembaruan ilmu yang yang digabungkan menjadi
kesatuan yang utuh. Jika digali secara ilmiah, Ilmu islam memiliki empat sumber
yang mana semuanya melahirkan ilmu islam, yaitu : Al-Qur’an dan Sunnah, Alam
Semesta (Afaq), Diri Manusia (Anfus), Sejarah (Qashas).
Setelah islam
mengalami kemunduran sekitar abad 13-20 M, pihak barat memanfaatkan kesempatan
tersebut untuk mengembangkan ilmu pengtahuan yang telah dipelajarinya dari
islam sehingga mencapai masa renaissance. Hal ini menjadikan ilmu
pengetahuan islam mengalami kemunduran dan ilmu pengetahuan umum berkembang
pesat di barat. Hal ini menyebabkan adanya dikotomi antara dua bidang ilmu
tersebut. Kondisi dimana lahirnya ilmu pengetahuan yang memisahkan diri dari
doktrin agama ini menjadi memotivasi para cendekiawan muslim untuk berusaha
keras mengintegrasikan kembali ilmu agama.
Pendekatan
integrative-integratif merupakan usaha untuk menjadikan sebuah keterhubungan
antara keilmuan agama dan keilmuan umum. Azyumardi Azra, mengemukakan ada tiga
tipologi respon cendekiawan muslim berkaitan dengan hubungan antara keilmuan
agama dengan keilmuan umum. Pertama : Restorasionis, yang menyatakan
bahwa ilmu yang bermanfaat dan dibutuhkan adalah praktik agama (ibadah). Kedua
: Rekonstruksionis, yaitu interpretasi agama untuk memperbaiki hubungan
peradaban modern dengan islam. Ketiga : Reintegrasi, yang merupakan
rekonstruksi ilmu-ilmu yang berasal dari al-ayah al-Qur’aniyah dan yang
berasal dari al-ayah al-kauniyah.
Kuntowijoyo
menyatakan inti dari integrasi ilmu adalah upaya menyatukan (bukan sekedar
menggabungkan) wahyu tuhan dan temuan pikiran manusia (ilmu-ilmu rasional), tidak
mengucilkan tuhan (sekularisme), atau mengucilkan manusia (other wordly
asceticism). Integrasi yang dimaksud disini berkaitan dengan usaha
memadukan keilmuan umum dengan islam tanpa harus menghilangkan
keunikan-keunikan antara dua keilmuan tersebut.
